Begitu banyak kaum muslimin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam lalai dari mengingat alam kubur sebagai gerbang pertama menuju akhirat, apalagi mereka yang tidak beriman. Padahal, mereka diciptakan dari tanah dan akan dikembalikan ke dalamnya.
Seorang penyair bersenandung:
إِنَّ امْرَءًا يَصْفُوْ لَهُ عَيْـشُهُ لَغَافِلٌ عَمَّا تَجِـنُّ الْقُبُوْرُ
نَحْنُ بَنُوْ الأَرْضِ وَ سُكَّانُهَا مِنْهَا خُلِقْنَا وَإِلَيْـهَا نَصِيْرُ
Sungguh orang yang merasakan nikmatnya kehidupan dunia
Dia tidak tahu apa yang akan terjadi di balik kuburan nanti
Kami ini adalah putra-putri bumi dan para penduduknya
Dari tanah kami diciptakan dan kepadanya akan kembali
Maka itu, untuk dapat hidup bahagia di akhirat kelak, setiap muslim harus membawa bekal yang bisa menemaninya nanti. Dan sebaik-baik bekal menuju akhirat adalah ketakwaan kepada Allah ta’ala dan memperbanyak amal saleh. Karena keberuntungan atau kebinasaan di sana nanti, tergantung kepada amal yang dikerjakan di dunia ini.
Seorang penyair mengatakan:
إِنَّا لَنَـفْرَحُ بِالأَيَّـامِ نَقْطَعُـهَـا وَكُلُّ يَوْمٍ مَضَى يُدْنِيْ مِنَ الأَجَلِ
فَاعْمَلْ لِنَفْسِكَ قَبْلَ الْمَوْتِ مُجْتَهِدًا فَإِنَّمَا الرِّبْحُ وَالْخُسْرَانُ فِي الْعَمَلِ
Kita bersenang-senang dengan hari yang kita lewati
Padahal setiap hari yang terlewati kian dekat dengan ajal
Maka itu giatlah beramal untuk dirimu sebelum mati
Sebab keuntungan dan kerugian tergantung pada amal
[Latha’if al-Ma’arif, Ibnu Rajab al-Hambali, Cet. Dar Ibnu Katsir, hal. 523 & 515]