Biografi Ringkas Imam al-Bukhari

Di antara hal yang sangat bermanfaat dan bisa memberikan inspirasi bagi jiwa seorang muslim adalah membaca sejarah kehidupan para ulama. Menyelami alur cerita mereka memiliki kesan tersendiri bagi jiwa. Menikmati setiap detik kehidupan mereka yang penuh dengan ilmu dan amal begitu asyik dan indah terasa. Maka itu, luangkanlah waktu untuk hidup bersama mereka walau sesaat, insya Allah akan sangat bermanfaat.

[1]. BIOGRAFI IMAM AL-BUKHARI

Nama & Nasab

Nama lengkap Imam al-Bukhari rahimahullah adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju’fi al-Farisi. Sedangkan kunyah beliau adalah Abu Abdillah.

Kelahiran

Beliau dilahirkan di Bukhara, sebuah kota masyhur yang terletak di sebelah tengah Uzbekistan, pada bulan Syawal tahun 194 H. Beliau tumbuh dengan keadaan yatim dalam didikan ibunya. Kepada kota Bukhara inilah penisbatan nama Imam al-Bukhari.

Menuntut Ilmu

Beliau memulai rihlah (perjalanan) untuk menuntut ilmu hadis pada tahun 210 H ketika pergi berhaji bersama Ibu dan saudaranya. Beliau menetap di Makkah untuk menyelami ilmu hadis, setelah itu baru beliau berkeliling ke negara-negara yang lain.

Imam al-Bukhari rahimahullah sering berpindah dari satu negeri ke negeri yang lain. Beliau pernah bermukim di Hijaz selama dua tahun. Demikian pula beliau pernah bepergian ke Syam, Mesir, Jazirah Arab, al-Bashrah, al-Kufah dan Baghdad serta ke Khurasan.

Kuatnya Hafalan

Dahulu beliau adalah seorang yang sangat kuat hafalannya. Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwasanya beliau dahulu dapat menghafal sebuah kitab hanya dengan membacanya sekali saja.

Al-Bukhari rahimahullah bercerita tentang kuatnya hafalannya: “Aku hafal seratus ribu hadis sahih dan dua ratus hadis tidak sahih.”

Hasyid bin Ismail rahimahullah bercerita: “Dahulu Abu Abdillah al-Bukhari sering berangkat bersama kami menuju majelis para ulama kota Basroh, waktu itu ia masih relatif muda, namun ia tidak pernah menulis. Hingga pada suatu hari aku berkata kepadanya: kamu sering pergi bersama kami, tapi tidak pernah menulis, lalu apa yang kamu perbuat? Setelah enam belas hari berlalu ia berkata kepada kami: kalian begitu sering menyampaikan hal itu kepadaku, coba sampaikan kepadaku hadis-hadis yang telah kalian tulis! Lalu kami pun mengeluarkan semua hadis yang ada pada kami, dan ternyata al-Bukhari menambah lagi dengan lima belas ribu hadis, keseluruhannya ia sampaikan dari hafalannya, akhirnya kami pun melengkapi tulisan kami dari hafalannya. Al-Bukhari berkata: bagaimana sekarang, apakah kalian melihatku pergi tanpa manfaat dan menyia-nyiakan hari-hariku?!.’ Dari situ kami tahu bahwasanya tidak ada seorang pun yang mengungguli beliau.”

Sifat Mulia

Beliau adalah seorang yang zuhud, berhati-hati dan menjauhi hal-hal haram dan subhat (tidak jelas halal haramnya), jauh dari para penguasa dan pemimpin, pemberani dan dermawan. Banyak para ulama pada masa beliau dan sepeninggalnya menyanjung dan memuji beliau dengan pujian yang baik dan mulia.

Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Tidak pernah kota Khurasan melahirkan seorang ulama sepertinya.”

Ibnu Khuzaimah rahimahullah bercerita: “Tidak ada seorang pun di bawah langit ini yang lebih tahu dan lebih hafal tentang hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Muhammad bin Ismail al-Bukhari.”

Beliau begitu semangat juga dalam mempelajari fikih. Ia memiliki ketelitian yang menakjubkan ketika beristinbat dari suatu hadis, sebagaimana yang telah terbukti dalam kitab Shahih-nya.

Karya-Karya

Imam al-Bukhari memiliki banyak karya tulisan, di antaranya adalah Shahih al-Bukhari, al-Adab al-Mufrad, Khalq Af’al al-‘Ibad, Juz’ Raf’ al-Yadain fi ad-Du’a, Juz’ al-Qiraah kalfa al-Imam, Tarikh al-Bukhari, dan beberapa kitab lainnya.

Wafat

Imam al-Bukhari rahimahullah wafat di daerah Khartank, sebuah negeri yang terletak dekat dari Samarkand pada malam Idul Fitri tahun 256 H pada usia 62 tahun kurang tiga belas hari.

Muhammad al-Jurjani rahimahullah berkata: “Aku mendengar Abdulwahid bin Adam at-Tawawisi berkata: aku bermimpi melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama sekumpulan sahabat beliau. Nabi berdiri di sebuah tempat, lalu aku mengucapkan salam dan beliau pun menjawab salamku. Aku bertanya: mengapa engkau berdiri, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Aku menunggu Muhammad bin Ismail al-Bukhari. Beberapa hari setelah itu sampai kepadaku kabar tentang kematian al-Bukhari, setelah aku perhatikan ternyata beliau meninggal pada waktu aku bermimpi bertemu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Beliau telah meninggalkan ilmu yang melimpah pada karya-karyanya. Semoga Allah merahmati beliau dan membalasnya dengan kebaikan yang melimpah.

 [2]. SHAHIH AL-BUKHARI

Judul Lengkap Shahih al-Bukhari

Siapa yang tahu kalau kitab Shahih al-Bukhari memiliki nama yang lumayan panjang, jauh lebih panjang dari pada nama yang masyhur di tengah-tengah kita sekarang ini.

Nama lengkap dari kitab Shahih al-Bukhari sebagaimana dibawakan oleh Ibnu Hajar al-‘Asqolani rahimahullah di dalam kitab Hadyus-Sari Muqaddimah Fathul Bari adalah al-Jami’ ash-Shahih al-Musnid min Hadits Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam wa Sunanihi wa Ayyamihi. Dalam riwayat yang lainnya disebutkan dengan nama al-Jami’ al-Musnid ash-Shahih al-Mukhtashar min Umur Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam wa Sunanihi wa Ayyamihi. Kitab tersebut masyhur di tengah-tengah kita sekarang ini dengan nama Shahih al-Bukhari, sebuah kitab yang banyak dikenal manusia, baik yang muslim maupun yang kafir.

Jumlah Hadis Shahih al-Bukhari

Ibnu ash-Shalah rahimahullah menerangkan bahwa jumlah hadis di dalam kitab ini dengan pengulangan sebanyak 7.275 hadis, sedang tanpa pengulangan sebanyak empat ribu hadis.

Adapun Ibnu Hajar al-‘Asqolani rahimahullah menyimpulkan bahwa jumlah hadis yang maushul maupun yang mu’allaq sebanyak 2.761 dengan tanpa pengulangan, sedangkan dengan pengulangan sebanyak 9.082 hadis, belum lagi ditambah dengan riwayat-riwayat yang terhenti pada sahabat dan ucapan tabi’in.

Faktor Pendorong Penulisan Kitab Shahih al-Bukhari

Berkaitan dengan hal ini Muhammad bin Ismail al-Bukhari rahimahullah berkata: “Kami dahulu berada di sisi Ishaq bin Rohawayh (guru al-Bukhari dan Amirul Mukminin dalam ilmu hadis), lalu ia berkata: ‘Sekiranya ada dari kalian yang menyusun sebuah kitab ringkas tentang sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sahih.’ Ucapan beliau membekas di dalam hatiku, setelah itu aku langsung memulai menyusun al-Jami’ ash-Shahih.”

Di dalam riwayat lainnya, Muhammad bin Sulaiman bin Faris mengatakan: “Aku pernah mendengar al-Bukhari bercerita: ‘aku bermimpi bertemu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, aku berdiri di hadapan beliau dengan membawa kipas untuk melindungi beliau, lalu aku bertanya kepada pakar tafsir mimpi, ia menjawab bahwa aku akan melindungi beliau dari dusta, hal inilah yang mendorongku untuk menyusun kitab al-Jami’ ash-Shahih.

Mimpi yang menjadi isyarat bahwa al-Bukhari rahimahullah akan menyusun kitab Shahih tidak hanya dilihat oleh beliau saja, di antara para ulama ada juga yang bermimpi tentang al-Bukhari, di antara mereka adalah Najm bin Fudhail dan Muhammad bin Abi Hatim al-Bukhari. Muhammad bin Abi Hatim bercerita: “Aku melihat Muhammad bin Ismail al-Bukhari di dalam mimpi berjalan di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika Nabi sedang berjalan. Setiap kali Nabi mengangkat kakinya maka al-Bukhari meletakkan kakinya di bekas telapak kaki Nabi.”

Sebelum Menulis Hadis

Beliau begitu lelah dalam menyaringnya, memperbaiki susunannya dan mencari-cari hadis mana saja yang sahih. Bahkan tidaklah beliau menulis sebuah hadis dalam kitabnya itu melainkan ia mandi terlebih dahulu lalu salat dua rakaat, seraya istikhoroh kepada Allah dalam penulisannya itu. Al-Bukhari bercerita: “Tidaklah aku menulis sebuah hadis di kitab Shahih melainkan aku mandi terlebih dahulu dan salat dua rakaat.”

Beliau juga mengatakan: “Aku hanya menuliskan hadis sahih di dalam kitab ini, dan hadis sahih yang lainnya masih banyak lagi.”

Hadits-hadits dalam kitab tersebut telah beliau pilih dari enam ratus ribu hadis. Beliau berkata: “Aku menyusun kitab Shahih ini dari enam ratus ribu hadis.”

Tidaklah beliau meletakkan sebuah sanad di dalamnya melainkan riwayatnya sahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sanad yang tersambung, yang mana para perawinya adil dan kuat hafalannya.

Beliau merampungkan penyusunan kitab itu selama 16 tahun. Setelah itu beliau membawanya kepada Imam Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma’in, Ali bin al-Madini dan ulama lainnya, mereka menyatakan bahwa kitab itu adalah sangat bagus dan bersaksi akan kesahihannya.

Para ulama pada setiap masa pun telah menerimanya dengan kedua tangan terbuka. Al-Hafizh adz-Dzahabi rahimahullah berkata: “Ini adalah kitab paling mulia dan utama setelah kitabullah ta’ala.” Sebagaimana an-Nawawi juga mengatakan bahwa Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim merupakan kitab yang paling sahih yang ada di muka bumi ini (setelah al-Qur’anul karim).

Demikianlah setitik cerita tentang Imam al-Bukhari dengan kitab Shahih-nya. Semoga bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah merahmati beliau. Amin.

[Referensi: Hadyus-Sari muqaddimah Fathul-Bari, Ibnu Hajar al-‘Asqalani Syaikh, Cet. Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, Beirut, hal. 6-8. Al-Ba’its al-Hatsits Syarh Ikhtishar ‘Ulum al-Hadits, Ahmad Syakir, hal. 36, Jam’iyyah Ihya’ at-Turots, Kuwait. Nuzhah al-Fuhdola’ Tahdzib Siyar A’lam an-Nubala’, Muhammad Hasan ‘Aqil Musa, hal. 923-924, Dar al-Andalus, Jedah. Mushthalah al-Hadits, Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, hal. 90-92, Cet. Jami’ah al-Imam Muhammad bin Su’ud al-Islamiyyah]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *